Abdul Wachid B.S., dilahirkan di dusun terpencil Blukuk, Lamongan
Jawa Timur, 07 Oktober 1966. Ia adalah sastrawan yang bayak melahirkan
karya karya yang berbau sufi, salah satu karyanya adalah rumah cahaya.
Menurut Ia pada sebagian sufi, sebagaimana sufi penyair terbesar
Jalaluddin Rumi bahkan mempersepsi dan memposisikan setiap keindahan
ciptaan Allah selalu mengandung Jamaliah Allah. Hal ini berangaat dari
al-Quran, “kemana kamu berpaling, disitulah Wajah
Allah”(Q.S.,al-Baqarah<2>:115). Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW
bersabda dalam sebuah hadis, “barang siapa memandang sesuatu dan ia
tidak melihat Allah di dalamnya, maka dia sesuatu dan ia tidak melihat
allah di dalamnya, maka dia itu sia-sia.
Abdul Wachid B.S. sebagai
salah satu sastrawan yang bergelut dalam sastra sufi, mengatakan bahwa
puisi sufi dan sufistik itu dua hal yang berbeda, puisi sufi adalah
puisi yang ditulis oleh pelaku sufi, sedangkan pelaku sufi adalah orang
yang selalu mentaati peraturan agama tetapi di dasarkan dengan cinta
namun hal terebut tidak ditulis di dalam al-Quran, secara umum orang
mengenali sufi adalah orang yang mencintai Allah, dalam al-Quran disebut
Aulia dan orang-orang yang menaati al-Quran dan menjauhi larangan-Nya
disebut Alwaliyun, mereka menjadikan sastra khususnya puisi sebagai
bagian yang melengkapi tata cara peribadatan mereka, dngan puisi mereka
berdoa, dengan puisi mereka dzikiran, dengan puisi mereka menari dalam
rangka mengekspresikan kecintaannya kepada Allah.
Puisi sufistis
adalah puisi yang meniru cara-cara, sudut pandang pemahaman ideology
tentang kaum sufi tersebut. M.H. Ainun Najib pernah mengatakan di
Indonesia tidak ada puisi sufi karena orang-orang yang menulis puisi
sufi bukanlah pelaku sufi tetapi mereka hanya pada tingkat cinta pada
kesufian yang disebut tasawuf, Abdul Wachid B.S.,mengatakan, “lebih
tepat bukan sastra sufi tetapi sehrusnya disebut sastra tasawuf” (sastra
yang perpijak pada ilmu sufi).
Pengaruh sastra sufi terhadap
sastra Indonesia adalah sebagai penyeimbang dari sastra-sastra yang
lain, karena sastra sufi dapat mengimbangi sastra yang ada di Indonesia
yaitu sastra hura-hura, (sastra yang lebih menekankan pada kehidupan
duniawi). Sastra sufi dapat berpengaruh terhadap pembacanya meskipun
tidak secara langsung, misalnya seseorang yang membaca puisi tentang
shalat tidak langsung melaksanakan shalat melainkan, butuh proses untuk
menjiwai puisi tersebut. (junian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar